ELECTRONIC ENGINEERING POLYTECNIC INSTITUT OF SURABAYA

Selasa, 09 November 2010

Controll Pressure

Seperti telah diketahui bahwa sistem pengontrolan yang digunakan harus mampu memberikan fungsi proteksi dan pengaman untuk mencegah mesin (sedini mungkin) terhadap bahaya kerusakan fatal. Dalam hal ini sistem kontrol yang digunakan harus mampu mencegah terjadinya suhu tinggi atau suhu yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sebagai contoh High – Low Pressure Control, Oil pressure control, Suction pressure regulator, limit switch, motor overload protection dan smoke detector. Pengontrolan motor untuk keperluan proteksi dengan memanfaatkan tekanan refrigerant dalam unit pendingin dibedakan :

(i) Low Pressure Control (LPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan rendah yang berlebihan dan

(ii) High Pressure Control (HPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan tinggi yang berlebihan.

Kedua jenis alat kontrol ini berfungsi seperti thermostat yaitu menjalankan dan menghentikan kompresor pada saat operasi normal atau pada saat terjadi tekanan yang abnormal. Hanya cara kerjanya yang berbeda. Kalau pada thermostat alat sensornya menggunakan sensor duhu sedang pada pressure control menggunakan sensor tekanan. Pada thermostat pergerakan diafragma diakibatkan oleh tekanan gas dari sensing bulb, sedangkan pada pressure control untuk menggerakkan diafragma ini memanfaatkan tekanan dari saluran tekan atau saluran hisap kompresor.

Seperti thermostat, pressure control juga mempunyai titik cut in dan cut out. LPC digunakan untuk menjalankan dan menghentikan kompresor pada kondisi yang normal. Disamping itu dapat juga berfungsi sebagai pengaman kompresor bila terjadi tekanan yang tidak normal. Sedang HPC digunakan sebagai pengaman kompresor untuk melindungi terjadinya tekanan lebih. Pada unit pendingin berskala besar High Pressure Control dapat berfungsi pula sebagai alat pengontrol motor fan kondensor pada beban pendingin yang variable. Kombinasi dari Low Pressure Control dan High Pressure Control sering pula digunakan pada suatu sistem pengontrolan yang digunakan sebagai pengaman. Meskipun begitu Dual Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor (Operating Switch).

Low Pressure Control

Low Pressure Control digunakan sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula sebagai alat pengaman. Bila digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan memutuskan rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap (suction pressure) menjadi terlalu rendah. Hal ini bisa disebabkan unit pendingin kekurangan refrigerant, bocor terjadinya bunga es yang tebal di evaporator. Bila tekanan dari saluran hisap ini kembali normal, LPC akan menutup rangkaian dan kompresor akan bekerja kembali. Beberapa LPC dilengkapi dengan reset manual untuk menjaga adanya short cycling karena gangguan pada sistem.

Low Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor pada saat tekanan refrigerant meningkat atau menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap meningkat. Jenis ini disebut : Reverse Acting Low Pressure Control, jenis ini biasa digunakan sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu yang rendah yang menggunakan electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas (electric heater) setelah pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat juga digunakan sebagai alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada “Cool Rooms”, on dan off pada saat temperatur “Cool Rooms” terlalu tinggi. LPC biasa digunakan sebagai alat pengontrol temperatur pada unit pendingin komersial. Setiap perubahan suhu pada evaporator akan berubah pula tekanan pada saluran hisap kompresor. Jadi LPC dapat digunakan sebagai pengontrol suhu pada ruangan yang didinginkan dengan mengontrol temperatur evaporator.

Misalkan :

Sebuah cool room diinginkan mempunyai suhu 3oC dengan perbedaan 8o TD antara evaporator dan ruangan refrigerant yang digunakan R – 12. Temperatur minimum ruangan diharapkan 2oC.

Hitunglah : Cut in dan cut out point.

Karena adanya penurunan tekanan pada saluran hisap, maka tekanan pada saluran hisap masuk kompresor lebih rendah dari pada tekanan evaporator. Penurunan tekanan ini harus diperhitungkan dalam menentukan cut out pressure. Sedangkan cut in pressure tidak dipengaruhi oleh penurunan tekanan ini, karena penurunan tekanan pada saluran hisap ini merupakan fungsi dari kecepatan aliran refrigerant. Karena LPC ini berfungsi untuk mengatur suhu evaporator, maka akan sangat ideal sekali bila digunakan pada sistem yang menggunakan “Off cycle deposting”. Pada ruangan yang bersuhu di atas 0oC, suhu evaporator akan meningkat dengan cepat pada saat “Off cycle”. (Pada saat defrost).

High Pressure Control

HPC biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi gangguan tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat tekanan pada saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katup-katup kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan. Bila tekanan saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan, HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila tekanan turun kembali ke harga normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja kembali. Beberapa jenis HPC dilengkapi dengan tombol reset manual sehingga kompresor tidak dapat bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai pengaman. Jadi Anda jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab terjadinya tekanan lebih pada saluran tekan.

HPC biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu kondensing dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan, maka cut in dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada saat tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat tekanan meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing yang minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana ambient temperatur di bawah condensing temperatur.

Catatan :

Bila menggunakan HPC sebagai alat pengaman, maka setting controlnya jangan terlalu tinggi. Misal suatu unit pendingin udara menggunakan R-12 dengan ambient temperatur 40oC dengan TD : 20

K.

Dual Pressure Control

Dual Pressure Control adalah kombinasi antara LPC dan HPC yang diletakkan dalam suatu unit. Jadi pada piranti kontrol ini terdapat dua set kontak,masing-masing untuk LPC dan HPC. Pada

operasinya, kontak LPC yang normally closed akan terbuka bila terjadi penurunan tekanan suction di bawah harga settingnya.Sedangkan kontak HPC yang juga normally closed akan terbuka bila terjadi kenaikan tekanan pada sisi discharge-nya melebihi harga setting-nya. Pada piranti ini terdapat dua buah bellow (diafragma) yang masingmasing terhubung ke sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi. Kedua diafragma tersebut dihubungkan secara mekanik untuk menggerakkan satu set kontak switch.

Sumber :

Widodo, Sapto dan Hasan, Syamsuri, 2008, Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 225 – 231.

Controll Pressure

Seperti telah diketahui bahwa sistem pengontrolan yang digunakan harus mampu memberikan fungsi proteksi dan pengaman untuk mencegah mesin (sedini mungkin) terhadap bahaya kerusakan fatal. Dalam hal ini sistem kontrol yang digunakan harus mampu mencegah terjadinya suhu tinggi atau suhu yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sebagai contoh High – Low Pressure Control, Oil pressure control, Suction pressure regulator, limit switch, motor overload protection dan smoke detector. Pengontrolan motor untuk keperluan proteksi dengan memanfaatkan tekanan refrigerant dalam unit pendingin dibedakan :

(i) Low Pressure Control (LPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan rendah yang berlebihan dan

(ii) High Pressure Control (HPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan tinggi yang berlebihan.

Kedua jenis alat kontrol ini berfungsi seperti thermostat yaitu menjalankan dan menghentikan kompresor pada saat operasi normal atau pada saat terjadi tekanan yang abnormal. Hanya cara kerjanya yang berbeda. Kalau pada thermostat alat sensornya menggunakan sensor duhu sedang pada pressure control menggunakan sensor tekanan. Pada thermostat pergerakan diafragma diakibatkan oleh tekanan gas dari sensing bulb, sedangkan pada pressure control untuk menggerakkan diafragma ini memanfaatkan tekanan dari saluran tekan atau saluran hisap kompresor.

Seperti thermostat, pressure control juga mempunyai titik cut in dan cut out. LPC digunakan untuk menjalankan dan menghentikan kompresor pada kondisi yang normal. Disamping itu dapat juga berfungsi sebagai pengaman kompresor bila terjadi tekanan yang tidak normal. Sedang HPC digunakan sebagai pengaman kompresor untuk melindungi terjadinya tekanan lebih. Pada unit pendingin berskala besar High Pressure Control dapat berfungsi pula sebagai alat pengontrol motor fan kondensor pada beban pendingin yang variable. Kombinasi dari Low Pressure Control dan High Pressure Control sering pula digunakan pada suatu sistem pengontrolan yang digunakan sebagai pengaman. Meskipun begitu Dual Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor (Operating Switch).

Low Pressure Control

Low Pressure Control digunakan sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula sebagai alat pengaman. Bila digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan memutuskan rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap (suction pressure) menjadi terlalu rendah. Hal ini bisa disebabkan unit pendingin kekurangan refrigerant, bocor terjadinya bunga es yang tebal di evaporator. Bila tekanan dari saluran hisap ini kembali normal, LPC akan menutup rangkaian dan kompresor akan bekerja kembali. Beberapa LPC dilengkapi dengan reset manual untuk menjaga adanya short cycling karena gangguan pada sistem.

Low Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor pada saat tekanan refrigerant meningkat atau menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap meningkat. Jenis ini disebut : Reverse Acting Low Pressure Control, jenis ini biasa digunakan sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu yang rendah yang menggunakan electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas (electric heater) setelah pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat juga digunakan sebagai alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada “Cool Rooms”, on dan off pada saat temperatur “Cool Rooms” terlalu tinggi. LPC biasa digunakan sebagai alat pengontrol temperatur pada unit pendingin komersial. Setiap perubahan suhu pada evaporator akan berubah pula tekanan pada saluran hisap kompresor. Jadi LPC dapat digunakan sebagai pengontrol suhu pada ruangan yang didinginkan dengan mengontrol temperatur evaporator.

Misalkan :

Sebuah cool room diinginkan mempunyai suhu 3oC dengan perbedaan 8o TD antara evaporator dan ruangan refrigerant yang digunakan R – 12. Temperatur minimum ruangan diharapkan 2oC.

Hitunglah : Cut in dan cut out point.

Karena adanya penurunan tekanan pada saluran hisap, maka tekanan pada saluran hisap masuk kompresor lebih rendah dari pada tekanan evaporator. Penurunan tekanan ini harus diperhitungkan dalam menentukan cut out pressure. Sedangkan cut in pressure tidak dipengaruhi oleh penurunan tekanan ini, karena penurunan tekanan pada saluran hisap ini merupakan fungsi dari kecepatan aliran refrigerant. Karena LPC ini berfungsi untuk mengatur suhu evaporator, maka akan sangat ideal sekali bila digunakan pada sistem yang menggunakan “Off cycle deposting”. Pada ruangan yang bersuhu di atas 0oC, suhu evaporator akan meningkat dengan cepat pada saat “Off cycle”. (Pada saat defrost).

High Pressure Control

HPC biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi gangguan tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat tekanan pada saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katup-katup kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan. Bila tekanan saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan, HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila tekanan turun kembali ke harga normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja kembali. Beberapa jenis HPC dilengkapi dengan tombol reset manual sehingga kompresor tidak dapat bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai pengaman. Jadi Anda jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab terjadinya tekanan lebih pada saluran tekan.

HPC biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu kondensing dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan, maka cut in dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada saat tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat tekanan meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing yang minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana ambient temperatur di bawah condensing temperatur.

Catatan :

Bila menggunakan HPC sebagai alat pengaman, maka setting controlnya jangan terlalu tinggi. Misal suatu unit pendingin udara menggunakan R-12 dengan ambient temperatur 40oC dengan TD : 20

K.

Dual Pressure Control

Dual Pressure Control adalah kombinasi antara LPC dan HPC yang diletakkan dalam suatu unit. Jadi pada piranti kontrol ini terdapat dua set kontak,masing-masing untuk LPC dan HPC. Pada

operasinya, kontak LPC yang normally closed akan terbuka bila terjadi penurunan tekanan suction di bawah harga settingnya.Sedangkan kontak HPC yang juga normally closed akan terbuka bila terjadi kenaikan tekanan pada sisi discharge-nya melebihi harga setting-nya. Pada piranti ini terdapat dua buah bellow (diafragma) yang masingmasing terhubung ke sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi. Kedua diafragma tersebut dihubungkan secara mekanik untuk menggerakkan satu set kontak switch.

Sumber :

Widodo, Sapto dan Hasan, Syamsuri, 2008, Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 225 – 231.

Sabtu, 06 November 2010

Membangun Lokal DNS Server Bind pada Slackware 12.2

Coba Anda perhatikan alamat-alamat dibawah ini:

216.239.61.104

209.131.36.158

Apakah Anda mengenali alamat-alamat yang tertera di atas itu dan ketika Anda menuliskan alamat berupa angka itu di URL Browser apakah yang akan terjadi, pastinya Anda akan diarahkan ke suatu situs. Jika suatu saat Anda diminta kembali untuk membuka situs tersebut apakah Anda masih mengingat alamatnya?

Jika saya menuliskan alamat-alamat di atas dalam bentuk seperti:

216.239.61.104 = www.google.com

209.131.36.158 = www.yahoo.com

Tentunya Anda akan lebih mudah mengingat situs-situs tersebut dibandingkan harus menghafal alamat berdasarkan IP. Kita tidak perlu mengetahui penamaan asli berbasis angka (alamat IP) tetapi cukup dengan nama atau istilah yang dipahami oleh kita. Anda bisa bayangkan betapa rumitnya jika harus menghafal nama-nama mesin dalam jaringan dalam bentuk angka.


Pada jaringan internet, sebagaimana Anda pahami sampai saat ini, sebetulnya pengalamatan sebuah komputer menggunakan angka yang dikenal sebagai Internet Protocol (IP) Address yang terdiri dari 32 bit bilangan biner. Tentunya akan sukar bagi kita / user untuk mengingat sekian juta komputer di seluruh Internet dengan pengalamatan angka sebagaimana dijelaskan di atas. Untuk itu dikembangkan penamaan mesin yang lebih manusiawi menggunakan konsep Domain Name System (DNS).

DNS adalah salah satu jenis sistem yang melayani permintaan pemetaan IP Address ke FQDN (Fully Qualified Domain Name) dan FQDN ke IP Address. FQDN lebih mudah untuk diingat oleh manusia daripada IP Address. Tidak semua orang bisa menghafalkan 216.239.61.104, dan akan lebih mudah jika menghafalkan www.google.com.

DNS ditemukan oleh Paul Mocapetris pada tahun 1983. Spesifikasi asli muncul di RFC 882 dan 883. Tahun 1987 penerbitan RFC 1034 dan RFC 1035 membuat update terhadap spesifikasi DNS. Tentunya RFC 882 dan RFC 883 tidak berlaku lagi.

Jadi siapa yang memerlukan DNS? Tentunya Anda sebagai pengakses internet, tetapi sebagai pengakses internet tidak perlu membuat DNS Server, karena bisa menggunakan DNS server yang disediakan oleh ISP. Pengguna DNS selanjutnya tentu saja adalah ISP, dan mereka yang mengelola domain dan webserver.

Sebagai contoh, ketika Anda memasukkan alamat http://www.google.com, sebenarnya ada beberapa proses yang dilalui hingga halaman web ditampilkan di Web Browser Anda. Pada saat Anda memasukkan alamat tersebut, terlebih dahulu nama alamat akan dikirimkan ke DNS Server yang menangani host dan domain alamat tersebut untuk mencari berapa sebenarnya alat IP yang digunakan (Anda ingat, semua komputer di internet menggunakan IP Address untuk berkomunikasi dan bukan nama). Setelah menemukan alamat IP barulah kemudian halaman website yang diminta dikirim ke Web Browser.

Pada sistem operasi Linux, DNS diimplementasikan dengan menggunakan software Berkeley Internet Name Domain (BIND), BIND ini memiliki dua sisi, yaitu sisi client dan sisi server. Sisi client disebut resolver. Resolver ini bertugas membangkitkan pertanyaan mengenai informasi domain name yang dikirimkan kepada sisi server. Sisi server BIND ini adalah sebuah daemon yang disebut named (baca: name di). Ia yang akan menjawab query-query dari resolver yang diberikan kepadanya.

Bagaimana dengan Linux Slackware 12.2 sendiri? Secara default BIND sudah terinstall di mesin Slackware Anda, yakni bind9.

root@server-smkn3tkj:/# ls /var/log/packages/ |grep bind

bind-9.4.2_P2-i486-1

kdebindings-3.5.10-i486-2

Anda lihat bahwa di mesin kita telah terinstal paket bind-9.4.2_P2-i486-1. Ada beberapa file-file instalasi default yang berkaitan dengan ini, yakni:

var/named/caching-example/named.ca

var/named/caching-example/named.local

var/named/caching-example/localhost.zone

etc/rc.d/rc.bind

etc/named.conf

Tiga file awal adalah contoh dari konfigurasi bind9, file selanjutnya adalah init script (rc.bind) dan konfigurasi dari bind (named.conf). Untuk setting BIND ini, file-file yang harus Anda perhatikan adalah:

  1. /etc/resolv.conf

    Berisi alamat Domain atau alamat IP dari name server.

  2. /etc/named.conf

    Berisi keterangan letak dan jenis databases yang dibutuhkan oleh BIND

  3. /var/named/named.ca

    Berisi informasi data yang berada dalam domain root, yang akan dipergunakan name server jika ada resolver yang akan meminta nama domain diluar nama domain lokal.

  4. /var/named/named.local

    Berisi alamat loopback untuk alamat ke diri sendiri dengan alamat 127.0.0.1

Persiapan Setting Domain Baru

Untuk memudahkan pemahaman setting DNS Server, Anda akan diajak membuat domain baru untuk DNS server, mail server, FTP Server, HTTP Server sekaligus dengan data sebagai berikut:

  • Hostname : ns1
  • Nama Domain : tkj-smk3bgr.net
  • Nama DNS Server : ns1.tkj-smk3bgr.net
  • IP DNS : 192.168.1.21
  • Nama Mail Server : mail.tkj-smk3bgr.net
  • Nama HTTP Server : www.tkj-smk3bgr.net
  • Nama FTP Server : ftp.tkj-smk3bgr.net

Perhatikan! Karena kita menggunakan IP Address yang sama untuk DNS, Mail, HTTP, FTP Server, maka kita akan menggunakan record CNAME (nama alias) dengan mendefinisikan ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai nama alias mail.tkj-smk3bgr.net, ftp.tkj-smk3bgr.net, www.tkj-smk3bgr.net.

Mengedit File /etc/named.conf

File ini merupakan konfigurasi utama untuk bind. File ini merupakan kumpulan statemen-statemen yang nilainya kita tentukan sesuai dengan DNS seperti apa yang kita inginkan. Berikut ini adalah isi file /etc/named.conf bawaan di slackware 12.2:

options {

directory “/var/named”;

/*

* If there is a firewall between you and nameservers you want

* to talk to, you might need to uncomment the query-source

* directive below. Previous versions of BIND always asked

* questions using port 53, but BIND 8.1 uses an unprivileged

* port by default.

*/

// query-source address * port 53;

};

//

// a caching only nameserver config

//

zone “.” IN {

type hint;

file “caching-example/named.root”;

};

zone “localhost” IN {

type master;

file “caching-example/localhost.zone”;

allow-update { none; };

};

zone “0.0.127.in-addr.arpa” IN {

type master;

file “caching-example/named.local”;

allow-update { none; };

};

1. Blok Pertama

options {

directory “/var/named”;

/*

* If there is a firewall between you and nameservers you want

* to talk to, you might need to uncomment the query-source

* directive below. Previous versions of BIND always asked

* questions using port 53, but BIND 8.1 uses an unprivileged

* port by default.

*/

// query-source address * port 53;

};

Blok ini merupakan global seting dari bind, direktory “/var/named” adalah direktori kerja dari bind, di direktori tersebut ditempatkan file-file konfigurasi domain yang biasa disebut zone (Perintah zone digunakan untuk menunjukkan domain yang dilayani oleh name server). Tidak disarankan untuk mengutak-atik blok ini kecuali Anda tahu apa yang Anda kerjakan. Baris ini memberitahukan kepada Server BIND dimana file-file zona disimpan.

2. Blok Kedua

zone “.” IN {

type hint;

file “caching-example/named.root”;

};

Blok ini merupakan blok root zone atau kasarnya alamat-alamat dari domain-domain international. Kita membutuhkan blok root zone ini.

3. Blok Ketiga

zone “localhost” IN {

type master;

file “caching-example/localhost.zone”;

allow-update { none; };

};

Blok ini adalah forward localhost, dalam artian jika dns server mendapatkan perintah untuk mengetahui alamat ip dari localhost maka bagian blok ini yang mengurusnya. Dengan kata lain yang berhak mengontrol server named adalah localhost.

4. Blok Keempat adalah Blok Tambahan

zone “0.0.127.in-addr.arpa” IN {

type master;

file “caching-example/named.local”;

allow-update { none; };

};

Baris-baris dibawah ini menyatakan bahwa kita akan mendefinisikan DNS server sebagai Primary Name Server untuk domain tkj-smk3bgr.net dan file-file forward adalah nama file yang merupakan zona file dari domain tkj-smk3bgr.net. Ini nama domain Anda yang di daftarkan di /etc/named.conf.

#Baris diatas untuk menterjemahkan FQDN ke IP Address (Forward Zone) dengan domain tkj-smk3bgr.net.

zone “tkj-smk3bgr.net” IN {

type master;

file “caching-example/db.tkj.smk3bgr”;

allow-update { none; };

};

Baris-baris dibawah ini adalah berisi reverse DNS Zone. Ini diperlukan agar DNS Server Anda dapat menterjemahkan dari nomor IP Address ke mana host pemilik IP Address dalam jaringan.

#Baris untuk menterjemahkan IP Address ke FQDN

#reverse Zone

zone “1.168.192.in-addr.arpa” IN {

type master;

file “caching-example/db.192.168.1″;

allow-update { none; };

};

#Setelah konfigurasi file named.conf jangan lupa untuk melakukan konfigurasi file zone.

Seting zone-file tkj-smk3bgr.net

Berikutnya adalah mengkonfigurasi Primary Name Server untuk Domain tkj-smk3bgr.net pada host ns1.tkj-smk3bgr.net dengan IP Address 192.168.1.21. Berdasarkan pada file /etc/named.conf kita akan membuat file sebagaimana yang didefinisikan pada file /etc/named.conf kita akan membuat file sebagaimana yang didefinisikan pada file /etc/named.conf file tersebut bernama “db.tkj.smk3bgr” dan reversenya “db.192.168.1”.

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# ls

localhost.zone named.ca named.local named.root

Anda tinggal merename localhost.zone dengan db.tkj.smk3bgr dan named.local dengan db.192.168.1 Caranya seperti ini:

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# cp localhost.zone db.tkj.smk3bgr

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# cp named.local db.192.168.1

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# ls

db.192.168.1 db.tkj.smk3bgr localhost.zone named.ca named.local named.root

Setting zona file db.tkj.smk3bgr

Setelah Anda mempunyai zona file dengan nama db.192.168.1 dan db.tkj.smk3bgr yang pada /var/named/caching-example. Langkah berikut adalah mengkonfigurasikan name server untuk domain tkj-smk3bgr.net pada host ns1.tkj-smk3bgr.net pada IP Address 192.168.1.21 sebagai berikutt

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# mcedit db.tkj.smk3bgr

$TTL 86400

$ORIGIN tkj-smk3bgr.net.

@ 1D IN SOA @ root (

42 ; serial (d. adams)

3H ; refresh

15M ; retry

1W ; expiry

1D ) ; minimum

1D IN NS ns1.tkj-smk3bgr.net.
1D IN A 192.168.1.21
IN MX 10 mail.tkj-smk3bgr.net
ns1 IN A 192.168.1.21
www IN CNAME ns1
ftp IN CNAME ns1
mail IN CNAME ns1

Penjelasan:

  1. TTL (Time To Live) yang mendefinisikan waktu lamanya data berada dalam database.

  2. SOA (Start of Authority) mendefinisikan hostname yang merupakan awal dari suatu zone.

  3. 42;serial: merupakan nomor serial dari zone file yang akan bertambah jika ada perubahan data.

  4. 3H;refresh: merupakan selang waktu yang diperlukan secondary name server untuk memeriksa perubahan pada Primary Name Server.

  5. 15M;retry: merupakan selang waktu secondary name server untuk mengulang pengecekan pada primary name server.

  6. IN NS ns1.tkj-smk3bgr.net: mendefinisikan bahwan hostname ns1.tkj-smk3bgr.net yang memegang tanggung jawab terhadap domain tkj-smk3bgr.net.

  7. IN MX 10 mail.tkj-smk3bgr.net mendefinisikan bahwa hostname mail.tkj-smk3bgr.net sebagai mail server pada domain tkj-smk3bgr.net.

  8. IN A 192.168.1.21: mendefinisikan bahwa hostname ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai IP Address 192.168.1.21.

  9. www NS CNAME ns1 mendefinisikan bahwa hostname ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai nama alias www.tkj-smk3bgr.net.

  10. ftp NS CNAME ns1 mendefinisikan bahwa hostname ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai nama alias ftp.tkj-smk3bgr.net.

  11. mail NS CNAME ns1 mendefinisikan bahwa hostname ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai nama alias mail.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/var/named/caching-example# mcedit db.192.168.1

$TTL 86400

@ IN SOA tkj-smk3bgr.net. root.tkj-smk3bgr.net. (

1997022700 ; Serial

28800 ; Refresh

14400 ; Retry

3600000 ; Expire

86400 ) ; Minimum

IN NS tkj-tkj-smk3bgr.net.

21 IN PTR tkj-tkj-smk3bgr.net.

Penjelasan:

  1. Penjelasan yang lain sama dengan penjelasan pada bagian tkj-smk3bgr.net

  2. IN PTR tkj-smk3bgr.net mendefinisikan bahwa hostname ns1.tkj-smk3bgr.net mempunyai IP Address 192.168.1.21

Menjalankan dan test Domain

Mengubah hak akses file rc.bind agar service bind bisa di eksekusi

root@server-smkn3tkj:/# chmod 755 /etc/rc.d/rc.bind

Anda juga bisa menggunaka perintah chmod +x /etc/rc.d/rc.bind

Perintah untuk menjalan service bind

root@server-smkn3tkj:/# etc/rc.d/rc.bind start

Perintah untuk mematikan service bind

root@server-smkn3tkj:/# /etc/rc.d/rc.bind stop

Perintah untuk merestart service bind

root@server-smkn3tkj:/# /etc/rc.d/rc.bind stop

Setelah perintah service bind dijalankan jangan lupa untuk melakukan pengecekan terhadap konfigurasi DNS yang kita bangun dengan perintah nslookup [DNS_server]. Jika terjadi pesan kesalahan seperti ini.

root@server-smkn3tkj:/# nslookup tkj-smk3bgr.net

Server: 202.134.0.155

Address: 202.134.0.155#53

** server can’t find tkj-smk3bgr.net: NXDOMAIN

Berarti nama DNSnya masih menggunakan DNS yang diberikan oleh speedy, jika komputer yang kita gunakan pernah dikoneksikan dengan internet. Untuk menyelesaikan masalah ini kita harus mengedit file resolv.conf pada direktori:

root@server-smkn3tkj:/# mcedit /etc/resolv.conf

nameserver 192.168.1.21

Maksud dari perintah di atas adalah memasukkan IP komputer kita menjadi nama server, karena DNS yang kita gunakan menggunakan IP 192.168.1.21. Setelah itu jika BIND berjalan baik Anda dapat melihat port 53 BIND dengan perintah dibawah ini:

root@server-smkn3tkj:/# nmap 192.168.1.21

Starting Nmap 4.76 ( http://nmap.org ) at 2009-03-03 15:03 WIT

Interesting ports on tkj-smk3bgr.net (192.168.1.21):

Not shown: 996 closed ports

PORT STATE SERVICE

22/tcp open ssh

37/tcp open time

53/tcp open domain

113/tcp open auth

Nmap done: 1 IP address (1 host up) scanned in 0.09 seconds

root@server-smkn3tkj:/#

root@server-smkn3tkj:/# host 192.168.1.21

21.1.168.192.in-addr.arpa domain name pointer tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# host ns1.tkj-smk3bgr.net

ns1.tkj-smk3bgr.net has address 192.168.1.21

root@server-smkn3tkj:/# host -t ns tkj-smk3bgr.net

tkj-smk3bgr.net name server ns1.tkj-smk3bgr.net.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# host -t mx tkj-smk3bgr.net

tkj-smk3bgr.net mail is handled by 10 mail.tkj-smk3bgr.net.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# host -t cname www.tkj-smk3bgr.net

www.tkj-smk3bgr.net is an alias for ns1.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# host -t cname ftp.tkj-smk3bgr.net

ftp.tkj-smk3bgr.net is an alias for ns1.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# host -t cname mail.tkj-smk3bgr.net

mail.tkj-smk3bgr.net is an alias for ns1.tkj-smk3bgr.net.

root@server-smkn3tkj:/# dig ns1.tkj-smk3bgr.net

; <<>> DiG 9.4.2-P2 <<>> ns1.tkj-smk3bgr.net

;; global options: printcmd

;; Got answer:

;; ->>HEADER<<- opcode: QUERY, status: NOERROR, id: 31865

;; flags: qr aa rd ra; QUERY: 1, ANSWER: 1, AUTHORITY: 1, ADDITIONAL: 0

;; QUESTION SECTION:

;ns1.tkj-smk3bgr.net. IN A

;; ANSWER SECTION:

ns1.tkj-smk3bgr.net. 86400 IN A 192.168.1.21

;; AUTHORITY SECTION:

tkj-smk3bgr.net. 86400 IN NS ns1.tkj-smk3bgr.net.tkj-smk3bgr.net.

;; Query time: 0 msec

;; SERVER: 192.168.1.21#53(192.168.1.21)

;; WHEN: Tue Mar 3 15:08:26 2009

;; MSG SIZE rcvd: 87

root@server-smkn3tkj:/#

root@server-smkn3tkj:/# nslookup -sil

> 192.168.1.21

Server: 192.168.1.21

Address: 192.168.1.21#53

21.1.168.192.in-addr.arpa name = tkj-smk3bgr.net.

>

root@server-smkn3tkj:/# dig -t MX tkj-smk3bgr.net

; <<>> DiG 9.4.2-P2 <<>> -t MX tkj-smk3bgr.net

;; global options: printcmd

;; Got answer:

;; ->>HEADER<<- opcode: QUERY, status: NOERROR, id: 33530

;; flags: qr aa rd ra; QUERY: 1, ANSWER: 1, AUTHORITY: 1, ADDITIONAL: 0

;; QUESTION SECTION:

;tkj-smk3bgr.net. IN MX

;; ANSWER SECTION:

tkj-smk3bgr.net. 86400 IN MX 10 mail.tkj-smk3bgr.net.tkj-smk3bgr.net.

;; AUTHORITY SECTION:

tkj-smk3bgr.net. 86400 IN NS ns1.tkj-smk3bgr.net.tkj-smk3bgr.net.

;; Query time: 1 msec

;; SERVER: 192.168.1.21#53(192.168.1.21)

;; WHEN: Tue Mar 3 15:09:57 2009

;; MSG SIZE rcvd: 88

root@server-smkn3tkj:/#

oot@server-smkn3tkj:/# ping tkj-smk3bgr.net

PING tkj-smk3bgr.net (192.168.1.21) 56(84) bytes of data.

64 bytes from tkj-smk3bgr.net (192.168.1.21): icmp_seq=1 ttl=64 time=0.025 ms

64 bytes from tkj-smk3bgr.net (192.168.1.21): icmp_seq=2 ttl=64 time=0.026 ms

64 bytes from tkj-smk3bgr.net (192.168.1.21): icmp_seq=3 ttl=64 time=0.028 ms

Selasa, 02 November 2010

Fungsi NETSTAT

ketika menggunakan komputer, banyak dari kita yang kurang memperhatikan tools yang berfungsi sebagai alat untuk memberikan informasi kepada kita secara realtime, padahal mengetahui kondisi komputer kita secara realtime adalah penting karena kita bisa menghandle maupun mengdiagnosis secara cepat dan tepat jika ada permasalahan terjadi

mungkin beberapa dari kita ada yang sudah mengenal salah satu tool bawaan microsoft windows yaitu task manager yang bisa memberikan beragam informasi dasar yang kita butuhkan secara realtime, nah selain task manager tersebut ada juga tools bawaan windows yang memiliki spesialisasi khusus network, namanya network statistics atau biasa di sebut dan disingkat dengan netstat saja.

Fungsi netstat ini cukup beragam (tergantung dari commandnya) namun yang utamanya fungsi netstat ini adalah memeriksa status jaringan serta memberikan informasi tentang adanya transfer data yang terjadi dalam sebuah jaringan yang terhubung ke komputer, baik itu jaringan local (LAN) maupun jaringan Internet, baik itu transfer data masuk (incoming) atau juga outgoing.

Cara mengoperasikan netstat adalah dengan masuk ke CMD dengan urutan klik tombol start > run > ketikkan cmd > klik OK (pada windows xp) atau klik tombol start > ketikkan cmd pada form search > enter (pada windows vista dan 7)

setelah anda berhasil memasuki CMD dengan baik maka tugas anda selanjutnya adalah ketikkan netstat lalu klik enter

setelah itu anda akan mendapatkan informasi-informasi mengenai protocol, Local address, foreign address, dan state.

o,iya, operasi pada netstat juga tidak hanya terbatas pada saat kita mengetik netstat lalu enter saja, tapi lebih dari itu, berikut beberapa operasi atau command yang bisa dijalankan pada netstat:

1. -a: Berfungsi untuk memberikan informasi mengenai seluruh koneksi TCP yang aktif serta Port dari TCP dan UDP di dalam komputer yang dalam state (status) listening
2. -b: Memberikan informasi mengenai nama dari binary program yang memiliki keterlibatan dalam membentuk setiap koneksi(sudah terhubung) atau juga listening port
3. -e: memberikan informasi terkait ethernet
4. -n: memberikan informasi tentang address (alamat) serta no port dengan format numeric
5. -o: menampilkan ID (PID) dari tiap owner yang bergabung dalam koneksi
6. -p proto: menunjukkan koneksi yang diartikan oleh proto
7. -r: menampilkan route table (table routing)
8. -s: memberikan informasi statistik dari tiap protocol
9. -t interval: menampilkan kembali statistik yang telah dipilih(selected statistics)

Keterangan: jangan lupa menambahkan embel-embel netstat di depan command tersebut atau sebelum commands tsb di ketik, ketikkan netstat dahulu, misalnya netstat -a, jangan -a saja

adapun definisi dari beberapa elemen netstat adalah sebagai berikut:

1. Foreign address: menampilkan informasi mengenai alamat koneksi yang dituju oleh local address, format foreign address adalah xxxx:yyyy nah yang xxxx adalah alamat dari koneksi yang dituju (biasanya website/local host) sementara yang yyyy adalah port yang dituju
2. Local address: sama seperti foreign address, hanya saja local address ini untuk komputer local kita yang aktiv melakukan koneksi dengan jaringan luar (foreign address), format local address ini adalah zzzz:tttt dengan zzzz adalah alamat host dalam komputer, dan tttt adalah port
3. Proto: menampilkan jenis protocol yang digunakan (TCP atau UDP)
4. State: status dari tiap koneksi yang terhubung, kolom state ini memiliki 5 kemungkinan yaitu:

-ESTABLISHED: koneksi berhasil
-LISTENING: koneksi siap 100 persen (namun koneksi belum berlangsung)
-SYN_RECEIVED: menerima SYN
-SYN_SENT: mengirim SYN ( waspada jika ditemukan state dari SYN_SENT dalam jumlah yang cukup banyak dan di luar kewajaran, karena efeknya paket data yang dikirim akan lebih ketimbang yang diterima sehingga koneksi akan lambat, hal ini bisa jadi merupakan indikasi adanya malware (trojan,virus,worm,dan lain sebagainya) yang melakukan akses terhadap jaringan
-TIME_WAIT: menunggu koneksi untuk terhubung

DHCP Server dan Fungsi COMMAND

Untuk mengadministrasi sebuah jaringan kecil, pemberian ip statik sangat memudahkan bagi administrator jaringan. Namun jika jaringan sudah mulai luas kemungkinan untuk menggunakan ip yang sama akan lebih besar sehingga menyebabkan konflik. Dengan dasar ini maka penggunaan DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) Server sangat dianjurkan.

Fungsi utama dari DHCP Server ini adalah memberikan IP kepada host atau komputer yang tersambung kepada jaringan tersebut secara otomatis. Hal ini hanya berlaku jika komputer tersebut menggunakan setting IP dengan DHCP atau di Windows mengaktifkan pilihan “Obtain IP Address Automatically”. Bagaimana jika tetap menginginkan komputer menggunakan IP statis? bisa saja dengan demikian IP tersebut tidak akan diberikan pada komputer yang akan meminta IP pada DHCP Server atau mengganti IP dari sebuah host yang telah menggunakan IP yang sama dengan IP statik yang digunakan.


Jika terdapat sebuah DHCP Server dengan range IP 192.168.1.22 sampai dengan 192.168.1.50 maka setiap komputer yang terkoneksi pada jaringan tersebut dan mengaktifkan penggunaan DHCP, maka DHCP Server akan memberikan alamat IP pada range diatas yaitu antara 22 – 50, biasanya DHCP Server memberikan IP pada range paling atas terlebih dahulu. Jika pada contoh kita ini baru satu yang menggunakan DHCP maka kemungkinan besar mendapat IP 192.168.1.50. Jika pada jaringan tersebut terdapat sebuah komputer dengan IP Statik dan masih dalam range dari IP DHCP Server maka DHCP Server tidak akan menggunakan IP tersebut untuk diberikan kepada pengguna DHCP yang lain.

Bagaimana dengan Linux Slackware 12.2 sendiri ? Secara default DHCP Server sudah terinstall di mesin Slackware Anda, yakni dhcp-3.0.6-i486-1.

root@server-smkn3tkj:/# ls /var/log/packages/ |grep dhcp

dhcp-3.0.6-i486-1

dhcpcd-2.0.8-i486-1

Anda lihat bahwa di mesin kita telah terinstal paket dhcp-3.0.6-i486-1. Ada satu file yang akan kita edit sesuai dengan kebutuhan dalam membangun DHCP Server, yakni:

/etc/dhcpd.conf

Jika kita lihat isi dalama filenya dengan perintah cat /etc/dhcpd.conf

# dhcpd.conf

#

# Configuration file for ISC dhcpd (see ‘man dhcpd.conf’)

#

file dhcpd.conf masih dalam keadaan kosong berarti sekarang kita akan mengambil dhcpd yang terdapat dari /usr/doc/dhcp-3.0.6/examples/dhcpd.conf melalui cara:

root@server-smkn3tkj:/# cp /usr/doc/dhcp-3.0.6/examples/dhcpd.conf /etc

sekarang Anda harus mengedit file dhcpd.conf didalam direktori /etc/dhcpd.conf

Cara penegditannya seperti ini:

root@server-smkn3tkj:/# mcedit /etc/dhcpd.conf

Pada bagian-bagian inilah yang akan Anda edit:

# option definitions common to all supported networks…

baris:1: option domain-name “example.org”;

baris:2: option domain-name-servers ns1.example.org, ns2.example.org;

Dua baris pertama adalah setting gateway, baris 1 adalah domain-search, tentukan nama domain Anda baca kembali pada tutorial sebelumnya disini untuk menseting DNS. Sedangkan baris 2 adalah namaservernya. Silahkan di edit sesuai dengan kebutuhan. Ini adalah contoh DHCP yang sudah dibuat:

option domain-name “tkj-smk3bgr.net”;

option domain-name-servers 192.168.1.21;

Baris kedua harus diisikan dengan IP Address atau nameserver yang valid, atau Client DHCP kita tidak bisa mengakses public domain. Berhubung pada contoh kali ini sudah ada DNS Server pada IP Address 192.168.1.21 maka itu yang akan gunakan.

Kita juga diharuskan untuk menambahkan baris berikut sesuai aturan dari Internet Systems Consortium. Kalau tidak percaya beri tanda # untuk menjadikannya komentar dan dijamin dhcp servernya tidak mau start.

ddns-update-style ad-hoc;

Opsi untuk menentukan waktu dari DHCP Server untuk melakukan pemberian IP dan pengecekan kembali dari Host apakah masih aktif atau tidak.

default-lease-time 600;

max-lease-time 7200;

Berikutnya adalah penentuan range IP Address atau yang dikenal dengan subnet:

Ini contoh default dari dhcpd.conf

# This is a very basic subnet declaration.

subnet 10.254.239.0 netmask 255.255.255.224

{

range 10.254.239.10 10.254.239.20;

option routers rtr-239-0-1.example.org, rtr-239-0-2.example.org;

}

editlah seperti dibawah ini:

# This is a very basic subnet declaration.

subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0

{

range 192.168.1.22 192.168.1.50;

option routers 192.168.1.21;

}

Pada konfigurasi subnet diatas, kita membuat DHCP Server pada network 192.168.1.0 dengan netmask 255.255.255.0 dengan range IP DHCP adalah 192.168.1.22 – sampai dengan 192.168.1.50 Pada bagian ini juga ada option routers yang berarti ip gateway dari IP DHCP. Opsi routers juga bisa ditempatkan diluar (Global) sehingga secara default akan memasukkan option routers pada subnet kecuali disebutkan secara eksplisit.

Berikut adalah config lengkap dari dhpcd.conf yang sudah dibuat :

option domain-name “tkj-smk3bgr.net”;

option domain-name-servers 192.168.1.21;

ddns-update-style ad-hoc;

default-lease-time 600;

max-lease-time 7200;

subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0

{

range 192.168.1.22 192.168.1.50;

option routers 192.168.1.21;

}

Selanjutnya tentu saja mengaktifkan dhpcd servernya:

Perintah untuk mengaktifkan dhcp pada sistem slackware Anda:

root@server-smkn3tkj:/# /usr/sbin/dhcpd

Perintah dibawah ini untuk mengaktifkan dhcp ketika sistem slackware di reboot.

echo “/usr/sbin/dhpcd” >> /etc/rc.d/rc.local

Service DHCP Server akan diterapkan pada topologi dibawah ini:

Setelah konfigurasi DHCP Sever selesai dikerjakan pada sistem slackware kita, maka langkah selanjutnya adalah melihat dari sisi client apakah IP DHCP tersebut sudah keterima pada kedua PC client Windows? Jika belum marilah kita ikuti langkah-langkahnya. Lankah ke satu, kita akan coba melihat IP DHCP pada PC client 1 dengan cara masuk ke dalam Run->cmd lalu ketikkanipconfig /release seperti gambar di bawah ini:


Fungsi dari perintah ipconfig /release adalah untuk Menghapus semua koneksi IP Address.

Langkah ke dua:

ketikan ipconfig /renew seperti gambar di bawah ini:

Fungsi dari perintah ipconfig /renew adalah untuk membuat IP Address baru untuk adapter tertentu.

Langkah ke tiga:

ketikan ipconfig /all seperti gambar di bawah ini:

Fungsi dari perintah ipconfig /all adalah untuk menampilkan informasi konfigurasi koneksi, misalnya Host Name, Primary DNS Type, Ethernet Adapter LAN.

Jika ketika Anda lakukan perintah ipconfig /release pada client dan timbul pesan serpeti dibawah ini:

Windows IP Configuration

The operation failed as no adapter is in the state permissible for this operation”

maka hal yang harus Anda lakukan adalah mengecek apakah computer tersebut sudah memiliki IP? Jika sudah memiliki IP, rubahlah dengan memilih pilihan Obtain an IP address automaticallydan Obtain DNS server address automatically.

Untuk PC Client 2 Windows lakukanlah seperti hal yang diatas. Langah terakhir adalah melakukan tes PING ke DNS yang sudah dibangun di sisi Server, dengan cara ping ke www.tkj-smk3bgr.net. Jika Reply, maka hasil konfigurasi DHCP server anda berhasil.

Sebagian Isi tutorial ini di kutip dari: http://makassar-slackers.org/MEMBUAT+DHCP+SERVER